Bukalapak

Bukalapak Berusaha Budayakan UMKM Lewat Teknologi Hanya Bermodal Rp 80 Ribu

Pastinya sekarang ini kebanyakan orang lebih suka berbelanja secara online. Dimana sekarang sudah banyak tersedia e-commerce dengan beragam penawaran menarik. Seperti halnya Bukalapak. Tentunya anda sudah tidak asing lagi dengan nama tersebut. Kini Bukalapak berusaha berkomitmen wujudkan keadilan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Terlebih bagi Usaha Mikro Kecil Menengah. Dalam sektor ini pastinya mampu dijadikan sebagai salah satu penggerak ekonomi terbesar dalam negeri.

Hanya dengan menyiapkan modal minim sekitar Rp 80 ribu saja pendiri Bukalapak ini mempunyai mimpi memberdayakan UMKM melalui teknologi. Mereka bermimpi jika setiap orang memiliki akses jual beli adil serta merata. Masalah yang sudah dihadapi oleh UMKM Indonesia ini memang begitu kompleks sekali. Ada banyak UMKM merasa kesulitan berkembang hanya karena tidak adanya akase permodalan bahkan layanan jasa keuangan.

Bahkan hadir pula kendala terkait infrastruktur sekaligus logistic yang kini sering sekali dihadapi UMKM terlebih luar kota besar. Dimana akses akan pasar pelanggan serta supply terbilang tidak merata. UMKM pun kini belum tersentuh oleh teknologi bahkan sistem manajemen yang modern.  Sehingga mereka masih menjalankan usaha secara tradisional. Dari sinilah masalah yang ingin mereka pecahkan. Bagaimanakah cara agar mampu membuat sebuah teknologi mendorong UMKM naik kelas.

Solusi masih terbilang belum merata

Solusi pertama yang kini dikembangkan tentu saja dengan menghadirkan pasar online atau online marketplace. Layanan tersebut memungkinkan kegiatan transaksi dalam jual beli barang menjangkau lebih luas bahkan terbilang aman. Tetapi dalam implementasinya ternyata solusi tersebut belum mampu dilakukan hingga merata. Transaksi hanya berdominasi pada kota besar tanah air saja.

Kabarnya 70 persen dari nilai transaksi e-commerce hadir dari 5 kota besar yang berada di Indonesia seperti halnya Bandung, Surabaya, Jakarta, Semarang bahkan Medan. Padahal jumlah penduduk yang berada di kota besar tersebut 10 persen saja dari penduduk Indonesia. Ini artinya sebesar 90 persen kota tiruan hanya mampu melakukan 30 dari nilai transaksi yang ada.

Hal tersebut seakan menjadi sebuah tantangan Bukalapak agar mampu menjembatani antara offline dan online. Hingga akhirnya semua mengerut dalam hal pemakaian salah satu kearifan lokal. Bagi sebagian dari masyarakat yang berada di luar kota besar,tempat tersebut mereka anggap paling aman untuk bertransaksi. Apalagi beberapa tahun lalu mereka berusaha menghadirkan mitra Bukalapak. Ada banyak aplikasi yang mereka buat untuk usaha ritel offline. Tujuannya tak lain agar warung jadi usaha ritel modern.

Kini program pedagang yang sudah tergabung menjadi mitra Bukalapak bukan hanya menghadirkan barang fisik saja. Tetapi mereka juga berusaha menjual produk virtual. Seperti halnya token listrik, pulsa, tagihan, voucher game bahkan juga pembayaran ecommerce. Konon program yang ada ini berusaha terapkan sebuah sistem manajemen supply chain. Para mitra kini mampu peroleh suplai barang dengan mudah dan pastinya lancar.

Mitra Bukalapak bahkan mampu peroleh harga terbaik sebab pembelian yang mereka lakukan secara terpusat untuk ribuan gerai serta retail modern.  Mereka berhasil adopsi teknologi dengan pencatatan transaksi yang kini bisa dilakukan secara digital. Dengan membaca sekilas penjelasan di atas tentunya kita semakin paham akan tujuan dari Bukalapak.

Sebagai salah satu e-commerce terbesar di Indonesia pastinya mereka berusaha memberikan layanan terbaik untuk semua pelanggan. Hingga akhirnya mereka pun tergerak mengembangkan bisnis UMKM yang ada di Indonesia ini. Dengan modal yang terbilang minim mereka tetap berusaha kembangkan UMKM. Dimana mereka sengaja hadirkan layanan terbaik agar proses jual beli lebih lancar bahkan terasa semakin mudah. Meskipun belum menyebar secara merata setidaknya sudah mampu kembangkan perekonomian UMKM yang berada di Indonesia.